UJIAN PRAKTEK TIK SMPN 15 BANDUNG

Rabu, 16 Februari 2011

PENGGUNAAN TIK DALAM DUNIA PENDIDIKAN SEBAGAI PENDUKUNG KEBERHASILAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Apabila kita amati dengan seksama, apa sebenarnya yang menjadi inti permasalahan pada dunia pendidikan, mungkin jauh lebih sulit dari menggantang asap. Berbagai hal dapat saja dipersalahkan sebagai pokok masalah yang menghambat kemajuan dunia pendidikan di Indonesia. Namun demikian, yang jelas-jelas dapat kita temukan sebagai suatu kecacatan ialah proses belajar mengajar konvensional yang mengandalkan tatap muka antara guru dan murid, dosen dengan mahasiswa, pelatih dengan peserta latihan, bagaimanapun merupakan sasaran empuk yang paling mudah menjadi sasaran bagi suara-suara kritis yang menghendaki peningkatan kualitas pada dunia pendidikan. Ketidakefektifan adalah kata yang paling cocok untuk sistem ini, sebab seiring dengan perkembangan zaman, pertukaran informasi menjadi semakin cepat dan instan, namun institut yang masih menggunakan sistem tradisional ini mengajar (di jenjang sekolah tinggi kita anggap memberikan informasi) dengan sangat lambat dan tidak seiring dengan perkembangan TIK. Sistem konvensional ini seharusnya sudah ditinggalkan sejak ditemukannya media komunikasi multimedia. Karena sifat Internet yang dapat dihubungi setiap saat, artinya siswa dapat memanfaatkan program-program pendidikan yang disediakan di jaringan Internet kapan saja sesuai dengan waktu luang mereka sehingga kendala ruang dan waktu yang mereka hadapi untuk mencari sumber belajar dapat teratasi. Dengan perkembangan pesat di bidang teknologi telekomunikasi, multimedia, dan informasi; mendengarkan ceramah, mencatat di atas kertas sudah tentu ketinggalan jaman.
Penggunaan TIK Dalam Dunia Pendidikan
Arti TIK bagi dunia pendidikan seharusnya berarti tersedianya saluran atau sarana yang dapat dipakai untuk menyiarkan program pendidikan. Namun hal Pemanfaatan TIK ini di Indonesia baru memasuki tahap mempelajari berbagai kemungkinan pengembangan dan penerapan TIK untuk pendidikan memasuki milenium ketiga ini. Padahal penggunaan TIK ini telah bukanlah suatu wacana yang asing di negeri Paman Sam sana. Pemanfaatan IT dalam bidang pendidikan sudah merupakan kelaziman di Amerika Serikat pada dasawarsa yang telah lalu. Ini merupakan salah satu bukti utama ketertinggalan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa di dunia. Informasi yang diwakilkan oleh komputer yang terhubung dengan internet sebagai media utamanya telah mampu memberikan kontribusi yang demikian besar bagi proses pendidikan. Teknologi interaktif ini memberikan katalis bagi terjadinya perubahan medasar terhadap peran guru: dari informasi ke transformasi. Setiap sistem sekolah harus bersifat moderat terhadap teknologi yang memampukan mereka untuk belajar dengan lebih cepat, lebih baik, dan lebih cerdas. Dan Teknologi Informasi dan komunikasi yang menjadi kunci untuk menuju model sekolah masa depan yang lebih baik.
Tantangan Sekolah: Kendala Infrastruktur & SDM
Adalah menjadi rahasia umum bahwa akselerasi pemafaatan TIK di sekolah masih perlu dipercepat. Keinginan ini tentu bukan tanpa alasan, karena di era globalisasi yang serba cepat dan modern ini kita dituntut bias memanfaatkan TIK dalam hidup kita. Rata-rata infrastruktur dan SDM di sekolah memang masih minim untuk menangani akselerasi ini. Tidak semua sekolah memiliki laboratorium komputer yang memadai. Selain itu SDM sekolah yang diberi wewenang mengelola TIK terkadang tidak cukup, baik dari sisi jumlah maupun kompetensi. Tidak dipungkiri memang ada pihak manajemen sekolah yang patut diacungi jempol karena keinginan dan kepedulian kuatnya, berani ”mengimpor” SDM dari institusi lain untuk menangani TIK di lingkungannya. Kondisi ini tentu perlu menjadi perhatian dan pekerjaan rumah bagi instansi terkait.
Inisiatif pemanfataan TIK dalam pendidikan sebenarnya sudah berjalan cukup lama dan tidak hanya datang dari Pemerintah, tetapi juga dari masyarakat dan institusi swasta. Global Distance Learning Network (GDLN) Indonesia yang memiliki subcenter di Universitas Indonesia, Universitas Hasanuddin, Universitas Udayana, dan Universitas Riau sangat berpotensi untuk mendukung program distance learning. Belum lagi, Departemen Pendidikan Nasional melalui Pustekkom telah menyediakan infrastruktur jaringan yang menghubungkan antar-institusi di Indonesia melalui Jaringan Pendidikan Nasional (Jardiknas).
Jardiknas yang terbagi menjadi empat zona (zona perguruan tinggi –Inherent, zona sekolah, zona dinas, dan zona individu) sanggup merangkul institusi pendidikan hingga ke level kabupaten. Fasilitas Jardiknas sudah menjamin konektivitas antar-institusi bisa dilakukan. Kini sudah banyak perguruan tinggi negeri dan swasta sudah terhubung ke Inherent. Pada tahap awal saja, yaitu tahun 2006 telah terbangun interkoneksi 32 localnode yang berada di perguruan-perguruan tinggi di ibu-ibu kota propinsi di Indonesia dengan bandwith bervariasi mulai 1, 2, 8, hingga 155 Mbps! Data terakhir menunjukkan sudah terdapat 462 nodes untuk Intranet Diknas Kota/Kabupaten, 300 nodes untuk Zona Perguruan Tinggi, dan 93 nodes untuk ICT Center (PGSD) (www.jardiknas.diknas.go.id). Selain itu, Detiknas juga telah memasukkan e-Pendidikan sebagai salah satu Flagship Program TI nasional.
Perkembangan pemanfaatan Internet sebagai media akses informasi merupakan modal dasar yang menggembirakan. Jumlah pemakai internet untuk di Indonesia terus meningkat. Menurut data dari APJII, pada tahun 2007 pemakai internet di Indonesia mencapai 25 juta orang, meningkat 25% dibanding tahun sebelumnya. Jumlah warnet juga semakin banyak. Menurut AWARI, pada awal tahun 2008 jumlah warnet di seluruh Indonesia sekitar 10.000, dan diperkirakan mencapai 12.000 di akhir tahun. Biaya warnet juga terus turun dari tahun ke tahun semakin memperluas peluang masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah untuk menggunakan internet.
Hanya saja ”berlimpahnya” akses ke Internet tidak secara otomatis membantu sekolah dalam mendayagunakan TIK dalam pembelajaran. Masih perlu sentuhan dan pembimbingan dari pihak lain, baik individu maupun institusi. Dalam konteks inilah universitas dapat mengambil peran untuk meningkatkan akselerasi pemanfaatan TIK dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Dilihat dari sisi ”topografi”, keberadaan sekolah ternyata tidak terlalu jauh dengan keberadaan institusi perguruan tinggi baik yang negeri maupun swasta. Kalau kita telusuri lebih lanjut, ternyata institusi perguruan tinggi yang memiliki program studi berbasis TI tidak sedikit. Diantara institusi tersebut, sudah ratusan jumlahnya yang tergabung dalam Asosiasi Perguruan Tinggi Informatika dan Komputer (APTIKOM). Institusi pendidikan TIK mampu menjadi lokomotif dalam meningkatkan akselerasi pemanfaatan TIK di sekolah.
Menyemai Program Kemitraan
Pada tanggal 6 April 2009 yang lalu, Tim Esfindo (E-School for Indonesia) Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia telah merilis sebuah mekanisme kerjasama kepada sekolah untuk mendayagunakan sistem pembelajaran online gratis. Fasilitas yang ada pada sistem ini meliputi fasilitas untuk komunikasi dua arah baik yang sinkronus maupun asinkronous, fasilitas manajemen pengguna, manajemen bahan ajar dan evaluasi. Dengan memanfaatkan sistem ini, pengguna mampu belajar dalam lingkungan belajar yang tidak jauh berbeda dengan suasana sebagaimana pembelajaran konvensional. Portal yang digunakan juga bukan sesuatu yang baru, diimplementasikan berbasis sistem open source, Moodle. Modifikasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan sesuai dengan jenjang pendidikan. Tingkat sekolah menengah (K-12) memerlukan perhatian yang berbeda karena nature dari konten pendidikan dan karakteristik pelajar berbeda dengan universitas. Selain itu kemampuan TI baik pelajar dan guru masih bervariasi.
Hanya saja yang seharusnya lebih menjadi concern kita saat ini bukan pada jenis sistem apa yang dipakai, namun inisiatif apa yang sudah dilakukan berbagai pihak dalam pemanfaatan TIK ini. Inisiatif institusi yang mampu untuk memberikan layanan dan bimbingan terhadap institusi lain masih perlu ditumbungkembangkan. Universitas juga memiliki banyak ahli tidak hanya di bidang science, namun juga humaniora. Ini adalah modal penting untuk mengemas konten pendidikan yang berkualitas. Jalinan kerjasama juga dapat dilakukan antar konsorsium dosen dan guru (MGMP).
Sistem pembelajaran online dapat digunakan untuk membantu proses transformasi paradigma pembelajaran dari teacher-centered menuju student-centered. Bukan lagi pengajar yang aktif “menyuapi” pembelajar dengan materi atau meminta siswa bertanya mengenai sesuatu yang belum dipahami, tetapi disini siswa difasilitasi untuk belajar secara kritis dan aktif. Sistem ini dapat juga dikemas untuk melangsungkan proses belajar mengajar dengan pendekatan kolaboratif (collaborative learning) maupun pemecahan masalah (problem-based learning).
Akhirnya, upaya ini pada dasarnya hanya satu upaya dari sekian banyak upaya yang bisa dilakukan pihak universitas dalam membantu sekolah mendayagunakan TIK untuk meningkatkan akses para siswa terhadap konten dan aktivitas pembelajaran. Tentu saja ini juga bukan bentuk dukungan pertama kali dari pihak universitas kepada sekolah. Paling tidak inilah satu bentuk model yang bisa dilakukan untuk meningkatkan akselerasi TIK di bidang pendidikan kita.
Usaha-usaha dari anak-anak bangsa juga terus dilakukan untuk mengejar ketertinggalan bangsa Indonesia dalam hal penyampaian proses pendidikan dengan penggunaan TIK. Semisalnya, baru-baru ini Telkom, Indosat, dan Institut Teknologi Bandung (ITB) menyatakan kesiapannya untuk mengembangkan IT untuk pendidikan di Indonesia, dimulai dengan proyek-proyek percontohan. Telkom menyatakan akan terus memperbaiki dan meningkatkan kualitas infrastruktur jaringan telekomunikasi yang diharapkan dapat menjadi tulang punggung (backbone) bagi pengembangan dan penerapan IT untuk pendidikan serta implementasi-implementasi lainnya di Indonesia. Bahkan, saat ini Telkom mulai mengembangkan teknologi yang memanfaatkan ISDN (Integrated Sevices Digital Network) untuk memfasilitasi penyelenggaraan konferensi jarak jauh (teleconference) sebagai salah satu aplikasi pembelajaran jarak jauh.
Banyak aspek dapat diajukan untuk dijadikan sebagai alasan-alasan untuk mendukung pengembangan dan penerapan IIK untuk pendidikan dalam kaitannya dengan peningkatan kualitas pendidikan nasional Indonesia. Salah satu aspeknya ialah kondisi geografis Indonesia dengan sekian banyaknya pulau yang terpencar-pencar dan kontur permukaan buminya yang seringkali tidak bersahabat, biasanya diajukan untuk menjagokan pengembangan dan penerapan TIK untuk pendidikan. TIK sangat mampu dan dijagokan agar menjadi fasilitator utama untuk meratakan pendidikan di bumi Nusantara, sebab TIK yang mengandalkan kemampuan pembelajaran jarak jauhnya tidak terpisah oleh ruang, jarak dan waktu. Demi penggapaian daerah-daerah yang sulit tentunya diharapkan penerapan ini agar dilakukan sesegera mungkin di Indonesia.
IMPLIKASI TIK DI DUNIA PENDIDIKAN INDONESIA
E-education, istilah ini mungkin masih asing bagi bangsa Indonesia. e-education (Electronic Education) ialah istilah penggunaan IT di bidang Pendidikan. Internet membuka sumber informasi yang tadinya susah diakses. Akses terhadap sumber informasi bukan menjadi masalah lagi. Perpustakaan merupakan salah satu sumber informasi yang mahal harganya. (Berapa banyak perpustakaan di Indonesia, dan bagaimana kualitasnya?) Adanya Internet memungkinkan seseorang di Indonesia untuk mengakses perpustakaan di Amerika Serikat berupa Digital Library. Sudah banyak cerita tentang pertolongan Internet dalam penelitian, tugas akhir. Tukar menukar informasi atau tanya jawab dengan pakar dapat dilakukan melalui Internet. Tanpa adanya Internet banyak tugas akhir dan thesis yang mungkin membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk diselesaikan.
A. Pemanfaatan TIK Bagi Institut Pendidikan
Pesatnya perkembangan TIK , khususnya internet, memungkinkan pengembangan layanan informasi yang lebih baik dalam suatu institusi pendidikan. Dilingkungan perguruan tinggi, pemanfaatan TIK lainnya yaitu diwujudkan dalam suatu sistem yang disebut electronic university (e-University). Pengembangan e-University bertujuan untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan, sehingga perguruan tinggi dapat menyediakan layanan informasi yang lebih baik kepada komunitasnya, baik didalam maupun diluar perguruan tinggi tersebut melalui internet. Layanan pendidikan lain yang bisa dilaksanakan melalui sarana internet yaitu dengan menyediakan materi kuliah secara online dan materi kuliah tersebut dapat diakses oleh siapa saja yang membutuhkan.
Lingkungan Akademis Pendidikan Indonesia yang mengenal alias sudah akrab dengan Implikasi TIK di bidang Pendidikan adalah UI dan ITB. Di UI, misalnya, hampir setiap Fakultas telah memiliki jaringan yang dapat di akses oleh masyarakat, memberikan informasi bahkan bagi yang sulit mendapatkannya karena problema ruang dan waktu. Hal ini juga tentunya sangat membantu bagi calon mahasiswa maupun mahasiswa atau bahkan alumni yang membutuhkan informasi tentang biaya kuliah, kurikulum, dosen pembimbing, atau banyak yang lainnya. Contoh lain adalah Universitas Swasta Bina Nusantara juga memiliki jaringan Internet yang sangat mantap, yang melayakkan mereka mendapatkan penghargaan akademi pendidikan Indonesia dengan situs terbaik. Layanan yang disediakan pada situs mereka dapat dibandingkan dengan layanan yang disediakan oleh situs-situs pendidikan luar negeri seperti Institut Pendidikan California atau Institut Pendidikan Virginia, dan sebagainya.
Pada tingkat pendidikan SMA implikasi TIK juga sudah mulai dilakukan walau belum mampu menjajal dengan implikasi-implikasinya pada tingkatan pendidikan lanjutan. Di SMA ini rata-rata penggunaan internet hanyalah sebagai fasilitas tambahan dan lagi TIK belum menjadi kurikulum utama yang diajarkan untuk siswa. TIK belum menjadi media database utama bagi nilai-nilai, kurikulum, siswa, guru atau yang lainnya. Namun prospek untuk masa depan, penggunaan TIK di SMA cukup cerah.
Selain untuk melayani Institut pendidikan secara khusus, adapula yang untuk dunia pendidikan secara umum di indonesia. Ada juga layanan situs internet yang menyajikan kegiatan sistem pendidikan di indonesia. situs ini dimaksudkan untuk merangkum informasi yang berhubungan dengan perkembangan pendidikan yang terjadi dan untuk menyajikan sumber umum serta jaringan komunikasi (forum) bagi administrator sekolah, para pendidik dan para peminat lainnya. Tujuan utama dari situs ini adalah sebagai wadah untuk saling berhubungan yang dapat menampung semua sektor utama pendidikan. Contoh dari situs ini adalah www.pendidikan.netDisamping lingkungan pendidikan, misalnya pada kegiatan penelitian kita dapat memanfaatkan internet guna mencari bahan atau pun data yang dibutuhkan untuk kegiatan tersebut melalui mesin pencari pada internet. Situs tersebut sangat berguna pada saat kita membutuhkan artikel, jurnal ataupun referensi yang dibutuhkan. Situs tersebut contohnya seperti google.com atau searchindonesia.com atau sumpahpalapa.netInisiatif-inisiatif penggunaan IT dan Internet di luar institusi pendidikan formal tetapi masih berkaitan dengan lingkungan pendidikan di Indonesia sudah mulai bermunculan. Salah satu inisiatif yang sekarang sudah ada adalah situs penyelenggara “Komunitas Sekolah Indonesia”. Situs yang menyelenggarakan kegiatan tersebut contohnya plasa.com dan smu-net.com
B. TIK Sebagai Media Pembelajaran Multimedia
Kerjasama antar pakar dan juga dengan mahasiswa yang letaknya berjauhan secara fisik dapat dilakukan dengan lebih mudah. Dahulu, seseorang harus berkelana atau berjalan jauh menempuh ruang dan waktu untuk menemui seorang pakar untuk mendiskusikan sebuah masalah. Saat ini hal ini dapat dilakukan dari rumah dengan mengirimkan email. Makalah dan penelitian dapat dilakukan dengan saling tukar menukar data melalui Internet, via email, ataupun dengan menggunakan mekanisme file sharring dan mailing list. Bayangkan apabila seorang mahasiswa di Sulawesi dapat berdiskusi masalah teknologi komputer dengan seorang pakar di universitas terkemuka di pulau Jawa. Mahasiswa dimanapun di Indonesia dapat mengakses pakar atau dosen yang terbaik di Indonesia dan bahkan di dunia. Batasan geografis bukan menjadi masalah lagi.
Sharing information juga sangat dibutuhkan dalam bidang penelitian agar penelitian tidak berulang (reinvent the wheel). Hasil-hasil penelitian di perguruan tinggi dan lembaga penelitian dapat digunakan bersama-sama sehingga mempercepat proses pengembangan ilmu dan teknologi.
Virtual university merupakan sebuah aplikasi baru bagi Internet. Virtual university memiliki karakteristik yang scalable, yaitu dapat menyediakan pendidikan yang diakses oleh orang banyak. Jika pendidikan hanya dilakukan dalam kelas biasa, berapa jumlah orang yang dapat ikut serta dalam satu kelas? Jumlah peserta mungkin hanya dapat diisi 40 – 50 orang. Virtual university dapat diakses oleh siapa saja, darimana saja. Penyedia layanan Virtual University ini adalah www.ibuteledukasi.com . Mungkin sekarang ini Virtual University layanannya belum efektif karena teknologi yang masih minim. Namun diharapkan di masa depan Virtual University ini dapat menggunakan teknologi yang lebih handal semisal Video Streaming yang dimasa mendatang akan dihadirkan oleh ISP lokal, sehingga tercipta suatu sistem belajar mengajar yang efektif yang diimpi-impikan oleh setiap ahli TIK di dunia Pendidikan. Virtual School juga diharapkan untuk hadir pada jangka waktu satu dasawarsa ke depan.
Bagi Indonesia, manfaat-manfaat yang disebutkan di atas sudah dapat menjadi alasan yang kuat untuk menjadikan Internet sebagai infrastruktur bidang pendidikan. Untuk merangkumkan manfaat Internet bagi bidang pendidikan di Indonesia:
. Akses ke perpustakaan;
. Akses ke pakar;
. Melaksanakan kegiatan kuliah secara online;
. Menyediakan layanan informasi akademik suatu institusi pendidikan;
. Menyediakan fasilitas mesin pencari data;
. Meyediakan fasilitas diskusi;
. Menyediakan fasilitas direktori alumni dan sekolah;
. Menyediakan fasilitas kerjasama;
. Dan lain – lain.
C. Kendala-Kendala Pengimplikasian di Indonesia
Jika memang TIK dan Internet memiliki banyak manfaat, tentunya ingin kita gunakan secepatnya. Namun ada beberapa kendala di Indonesia yang menyebabkan TIK dan Internet belum dapat digunakan seoptimal mungkin. Kesiapan pemerintah Indonesia masih patut dipertanyakan dalam hal ini.
Salah satu penyebab utama adalah kurangnya ketersediaan sumber daya manusia, proses transformasi teknologi, infrastruktur telekomunikasi dan perangkat hukumnya yang mengaturnya. apakah infrastruktur hukum yang melandasi operasional pendidikan di Indonesia cukup memadai untuk menampung perkembangan baru berupa penerapan IT untuk pendidikan ini. Sebab perlu diketahui bahwa Cyber Law belum diterapkan pada dunia Hukum di Indonesia.
Selain itu masih terdapat kekurangan pada hal pengadaan infrastruktur teknologi telekomunikasi, multimedia dan informasi yang merupakan prasyarat terselenggaranya IT untuk pendidikan sementara penetrasi komputer (PC) di Indonesia masih rendah. Biaya penggunaan jasa telekomunikasi juga masih mahal bahkan jaringan telepon masih belum tersedia di berbagai tempat di Indonesia.. Untuk itu perlu dipikirkan akses ke Internet tanpa melalui komputer pribadi di rumah. Sementara itu tempat akses Internet dapat diperlebar jangkauannya melalui fasilitas di kampus, sekolahan, dan bahkan melalui warung Internet.Hal ini tentunya dihadapkan kembali kepada pihak pemerintah maupun pihak swasta; walaupun pada akhirnya terpulang juga kepada pemerintah. Sebab pemerintahlah yang dapat menciptakan iklim kebijakan dan regulasi yang kondusif bagi investasi swasta di bidang pendidikan. Namun sementara pemerintah sendiri masih demikian pelit untuk mengalokasikan dana untuk kebutuhan pendidikan. Saat ini baru Institut-institut pendidikan unggulan yang memiliki fasilitas untuk mengakses jaringan TIK yang memadai. Padahal masih banyak institut-institut pendidikan lainnya yang belum diperlengkapi dengan fasilitas IT.Harapan kita bersama hal ini dapat diatasi sejalan dengan perkembangan telekomunikasi yang semakin canggih dan semakin murah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar